Tragedi Holocaust : Genosida Terbesar Sepanjang Sejarah
Tragedi Holocaust merupakan salah satu genosida atau pembunuhan massal yang paling banyak memakan korban sepanjang sejarah umat manusia. Tokoh dari pembantaian besar-besaran terhadap umat Yahudi Eropa ini adalah Adolf Hitler bersama para tentara Nazi Jerman. Mengapa pembantaian ini bisa terjadi? Kemudian apa dampak dari tragedi holocaust ini? Simak pembahasanya dalam artikel berikut.
Mengenal Tragedi Holocaust
Tragedi Holocaust adalah peristiwa penganiayaan dan pembunuhan masal oleh Nazi Jerman terhadap enam juta orang Yahudi Eropa selama Perang Dunia II atau dalam rentang waktu 1941-1945. United States Holocaust Memorial Museum menyebutkan bahwa Holocaust bahkan terjadi sejak Januari 1933 ketika Adolf Hitler dan Partai Nazi menguasai Jerman. Saat Adolf Hitler mulai berkuasa atau sekitar tahun 1933, Hitler memang tidak serta merta melakukan pembunuhan masal. Namun ia sudah melakukan upaya-upaya untuk menyingkirkan orang-orang Yahudi dari Jerman.
Latar belakang tragedi holocaust adalah Antisemitisme atau kebencian terhadap orang Yahudi. Nazi menuduh orang Yahudi sebagai penyebab masalah sosial, ekonomi, politik, dan budaya Jerman. Lebih lanjut apabila dilihat dari sisi ras, Nazi mengangap bahwa Yahudi adalah ras yang paling rendah dan berbahaya, sehingga perlu disingkirkan dari Jerman. Kebencian inilah yang membuat Adolf Hitler bersama dengan Nazi Jerman berambisi untuk menyingkirkan orang-orang Yahudi.
Pembantaian Masal dalam Tragedi Holocaust
Nazi Jerman melakukan berbagai cara sadis untuk menyingkirkan orang-orang Yahudi Eropa mulai dari mengasingkan mereka, membiarkan mereka terserang penyakit dan mati kelaparan, kerja paksa, hingga pembantaian menggunakan gas beracun.
-
Pengasingan Kaum Yahudi Melalui Ghetto
Ghetto merupakan distrik tertutup untuk mengasingkan kaum Yahudi Eropa. Nazi membangun Ghetto dalam upaya dehumanisasi dan pengasingan orang-orang Yahudi Eropa. Nazi mengumpulkan orang-orang Yahudi dalam Ghetto ini sebelum nantinya di deportasi ke kamp konsentrasi atau pusat pembantaian massal. Nazi Jerman mendirikan sekitar 1000 Ghetto di Polandia dan Uni Soviet. Ghetto Warsawa adalah ghetto terbesar di Polandia yang menampung 400.000 orang Yahudi dalam area berukuran 1,3 mil persegi. Kondisi dalam Ghetto ini sangat memprihatinkan. Tempat yang kumuh, makanan yang terbatas, dan perlakukan yang kejam membuat banyak orang Yahudi banyak yang mati kelaparan dan mati karena terserang berbagai penyakit.
-
Pembantaian Melalui Kamp Konsentrasi Nazi
Nazi Jerman membangun 20.000 kamp konsentrasi sejak tahun 1933 hingga 1945 dengan berbagai tujuan. Mulai dari kamp kerja paksa untuk para tawanan, kamp transit untuk stasiun kereta api sementara, hingga kamp pemusnahan yang tujuan utamanya untuk pembantaian massal. Berbagai kekejaman dilakukan Nazi dalam kamp ini. Mulai dari para dokter Nazi yang memanfaatkan para tawanan sebagai bahan eksperimen, pemberlakuan kerja paksa oleh Nazi yang memakan banyak korban karena kelaparan dan kelelahan, hingga pembantaian massal orang-orang Yahudi dalam kamp-kamp pemusnahan ini dengan menggunakan gas beracun.
-
Pembunuhan Masal Melalui Gas Beracun
Nazi Jerman awalnya melakukan pembunuhan melalui operasi penembakan orang-orang Yahudi. Namun karena merasa tidak efisien dan menimbulkan dampak negatif terhadap psikologis para eksekutornya, maka Nazi mencari cara lain yang lebih efisien untuk melakukan pembantaian masal. Pada akhir 1939, Nazi mulai berkeskperimen dengan gas beracun. Nazi mencoba menggunakan gas beracun untuk memusnahkan pasien cacat mental sebelum untuk membantai kaum Yahudi. Kamp Auschwitz, Polandia adalah salah satu pusat pembantaian yang telah banyak memakan korban. Nazi menggunakan gas Zyklon B untuk melakukan pembantaian masal terhadap kaum Yahudi di kamp ini. Orang-orang Yahudi yang dibantai di kamp pemusnahan Auschwitz mencapai 6000 orang setiap harinya.
Memperingati Hari Holocaust Internasional
Tragedi Holocaust merenggut 6.000.000 nyawa umat Yahudi dan merupakan salah satu genosida dengan korban jiwa terbanyak sepanjang sejarah umat manusia. Tahun 1945 setelah perang dunia berakhir, orang-orang Yahudi dalam kamp-kamp konsentrasi dibebaskan. Setelah bebas, mereka juga masih takut untuk kembali ke rumah. Hal ini karena antisemitisme atau kebencian terhadap Yahudi yang masih eksis di sebagian Eropa. Para korban tragedi holocaust mengalami trauma dan luka mendalam yang tidak akan pernah bisa sembuh. Mereka mengalami PTSD atau Post-Traumatic Stress Disorder sepanjang hidupnya. Anak-anak para penyintas tragedi Holocaust juga memiliki risiko lebih besar untuk mengalami gejala-gejala kejiwaan termasuk depresi, kecemasan dan PTSD karena paparan dari orang tua mereka yang mengalami trauma.
Begitu besar dampak dari tragedi holocaust ini. Untuk itu, dunia memperingati Hari Holocaust Internasional setiap tanggal 27 Januari. Majelis Umum PBB menetapkan tanggal ini melalui sidang paripurna ke-42 tanggal 1 November 2005 yang terkenal dengan sebutan Resolusi 60/7. Dasar dari penetapan tanggal ini adalah pembebasan kamp konsentrasi terbesar Nazi yaitu Auschwitz, oleh tentara soviet pada tanggal 27 Januari 1945. Peringatan hari holocaust internasional ini adalah untuk menghormati korban-korban tragedi holocaust. Selain itu, peringatan ini untuk mendorong pengembangan program pendidikan mengenai sejarah holocaust untuk mencegah terjadinya genosida kembali di masa depan. Peringatan hari holocaust internasional juga merupakan bentuk komistmen dalam mengutuk intoleransi beragama, penistaan, hasutan, serta kekerasan terhadap seseorang ataupun kelompok orang yang berasal dari ras, suku, maupun agama tertentu.
Baca Juga : Kepedulian Sosial Remaja Bisa Menurun Karena ini?
Itulah penjelasan tentang tragedi holocaust yang terjadi berpuluh-puluh tahun yang lalu, namun masih menyisakan luka mendalam hingga hari ini. Apapun alasannya, genosida adalah kejahatan kemanusiaan yang tidak boleh terjadi lagi. Semoga seluruh umat manusia bisa hidup berdampingan dengan segala perbedaan dan keragaman, serta mampu menjunjung tinggi toleransi dan menghargai hak asasi manusia.
Writer: Maulida Rahma Susanti | Editor: Kayla Adzkia Shabrina